Senin, 04 Mei 2009

Profil Gereja Santo Joseph Sukabumi (1)

Nama Pelindung : Santo Joseph

Buku Paroki : Sejak tahun 1927

Sebelumnya di Katedral Bogor

Alamat : Jl. Suryakencana Nomor 11 Sukabumi, 43114

Telepon (0266) 224574, Fax (0266) 210556

Pastor Paroki : RP. Yan Ladju, OFM



Kota Sukabumi terletak pada ke-tinggian sekitar 650 M di atas permuka-an laut, dengan suhu berkisar antara 200 - 300 Celcius, menjadikan Paroki dengan populasi ± 2.500 jiwa ini bernuansa sejuk, karena letak geografisnya berada di sebelah utara yang berbatasan de-ngan gunung Gede-Pangrango, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan Paroki Cianjur dan sebelah barat berbatasan dengan Paroki Cibadak.

Bila disimak dari sejarah perkem-bangannya, paroki Sukabumi terbagi atas 3 masa/zaman, yaitu zaman Peme-rintahan Hindia Belanda, zaman Pen-dudukan Militer Jepang dan zaman Kemerdekaan Republik Indonesia hingga kini.

Zaman Pemerintahan Hindia Belanda

Pada tanggal 10 September 1889 Alfred Pierre Yean Eugine Auguste, se-orang bayi yang lahir pada tanggal 30 Agustus 1889, merupakan orang per-tama yang dibaptis di Gereja ini oleh Romo MYD Claessens Pr. Peristiwa ter-sebut merupakan tonggak awal ber-dirinya gereja Katolik Santo Joseph, Sukabumi.

Tanggal 27 Desember 1940 Yeanete Fanny adalah orang ke 754 yang dibaptis di gereja Santo Joseph, Sukabumi oleh Romo Yurebbe SJ, se-hingga dapat dibayangkan dalam kurun waktu ± 51 tahun baru 754 orang yang dibaptis secara Katolik di Paroki di mana hampir seluruhnya orang Eropa (Belanda).

Dari tahun 1889 sampai dengan Oktober 1941 Paroki Sukabumi di bawah asuhan gembala ordo Sarekat Jesuit, termasuk wilayah gerejawi Jakarta/ Ba-tavia, dan sejak 1941 dalam kedudukan sementara sebagai Prefectur Apostolik Sukabumi.

Zaman Pemerintahan Pendudukan Militer Jepang

Dalam dokumen Sakramen Bap-tis, orang pribumi Indonesia pertama di-baptis di Paroki ini ialah Donatus Martaji oleh Romo N. Geise OFM pada tanggal 3 Maret 1942. Kemudian berturut-turut Suzzana Maria pada tanggal 27 September 1943 oleh Romo N. Geise OFM dan Yohan Frederick Hendrik, tanggal 26 Oktober 1943 oleh Romo Soemarno SJ.

Pada pendudukan Jepang itulah para pastor missionaris berkewarga-negaraan Belanda dimasukkan ke kamp tawanan oleh militer Jepang.

Zaman Kemerdekaan Republik Indonesia

Pada masa perang revolusi ke-merdekaan Republik Indonesia tahun 1945-1948, Jawa Barat menyatakan diri-nya sebagai Negara Pasundan (Reconba) di bawah naungan RIS yang dibentuk Belanda. Paroki Sukabumi kembali di-gembalakan oleh para pater ordo OFM, antara lain: Pater Ariaans, OFM; Pater Th. S. Hadiatmadja, OFM; Pater P. Soe-jitno, OFM; Pater M. Ismael, OFM; dan Pater P. Teepe, OFM.

Pada masa RIS Pater N. Geise, OFM dan kawan-kawannya mendirikan yayasan Mardi Yuana dalam bentuk SGA Mardi Yuana dan SMA Mardi Yuana di Sukabumi berdasarkan orientasi dan pengesahan administrasi dari peme-rintah Republik Indonesia di Yogyakarta.

Pada tanggal 9 Desember 1948, Konggregasi Propaganda Fide secara definitif menetapkan lahirnya Prefectur Apostolik Sukabumi dan mengangkat pater N. Geise, OFM, sebagai pimpinan-nya pada tanggal 17 Desember 1948 dengan wilayah:

· Eks. Keresidenan Bogor: Sukabumi, Cianjur, Pacet, Cipanas, Sindanglaya (kecuali kodya Bogor).

· Eks. Keresidenan Banten: Rangkas-bitung, Serang, Labuhan.

Kehadiran Gereja Katolik di tengah-tengah masyarakat Sukabumi ditandai oleh persekolahan-persekolah-an, yang dikelola oleh Yayasan Mardi Yuana, Yayasan Yatna Yuana, para Suster OSU, SFS, dan para Bruder Budi Mulia (bahkan dulu para Suster YMY juga berkarya di sini). Prinsip Mgr. Geise, OFM, bahwa sekolah bukanlah sarana untuk ”membaptis” orang menjadi Katolik, tetapi dipegang teguh. Sekolah adalah bukti kepedulian Gereja terhadap kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang bermutu. Bukti pengamalah ajaran cinta kasih yang diyakininya.

Pada tahun 1961, Prefectur Apostolik Sukabumi ditingkatkan men-jadi Keuskupan Bogor. Tanggal 16 Okto-ber 1961 pater N. Geise, OFM, diangkat menjadi Uskup Bogor yang pertama dan ditahbiskan pada tanggal 6 Januari 1962.

Stasi-Stasi di bawah Paroki Santo Joseph, Sukabumi

Terdapat 3 stasi di bawah pem-binaan Paroki Santo Joseph ini, yaitu:

1. Stasi Pelabuhan Ratu, dimulai sekitar tahun 1974/1975, dengan jumlah 44 KK dengan perayaan Ekaristi setiap Minggu kedua dan keempat. Letak kapel di ruas jalan utama antara Pelabuhan Ratu dengan Hotel Samudera Beach.

2. Stasi Cikembar, dimulai pada tahun 1971 dengan jumlah 15 KK di mana perayaan Ekaristi diadakan di ruang kelas Sekolah Mardi Yuana, setiap Minggu III.

3. Stasi Cikaso-Waluran-Ciemas terletak ± 80-120 KM di selatan Sukabumi, dengan jumlah umat 13 KK di mana pada awalnya dimulai tahun 1950 di perkebunan Cikaso, kemudian de-ngan perkembangan umat, maka secara bergiliran antara umat Cikaso, Waluran atau Ciemas Perayaan Eka-risti diselenggarakan pada Minggu pertama setiap bulan di rumah umat.

Perkembangan Gereja Katolik Sukabumi

Bangunan gereja dan pastoran pada awalnya tahun 1896 didirikan oleh Pater MYD Claessens, Pr, di Jl. Cipelang Gede no 33-35, 35-37 (sekarang gedung Bank Jabar, Jl. A. Yani) dengan daya tampung maksimal 100 orang, semen-tara pastoran sendiri terletak di Jl. Selabatu atau lokasi gereja saat ini (Jalan Suryakencana nomor 11 Sukabumi).

Perkembangan umat yang cukup pesat, menuntut tempat ibadah yang lebih luas. Maka gedung gereja lama dijual dan dipergunakan untuk mem-bangun gereja baru di lokasi pastoran dan pastoran dipindahkan ke Jl. RE. Martadinata No. 52 (saat ini diperguna-kan Kanto Pusat Yayasan Mardi Yuana dan DKPKB). Proyek pembangunan selesai tahun 1964 di bawah penga-wasan anemer Achmad Diredja dan di-berkati oleh Mgr. N. Geise, OFM.

Tahun 1990 pastoran dipindahkan menjadi satu ke dalam kompleks gereja di Jalan Suryakencana, yang diberkati pada tanggal 28 Oktober 1990 oleh Mgr. Ign. Harsono, Pr. Pada tahun 1993 bangunan gereja direnovasi dan diber-kati oleh Mgr. Ign. Harsono, Pr, pada tahun 1994.

Sekitar tahun 1967 wilayah kerja Paroki Santo Joseph khusus kotamadya Sukabumi terbagi atas 4 wilayah: yaitu Wilayah Sukabumi Utara, Wilayah Sukabumi Selatan, Wilayah Sukabumi Timur, Wilayah Sukabumi Barat. Masing-masing wilayah memiliki 7 lingkungan. Tetapi sekitar tahun 1970 nama wilayah kerja paroki khusus kotamadya diganti menjadi: Wilayah Matius, Wilayah Markus, Wilayah Lukas, Wilayah Yohanes.

Pada tahun 1990 wilayah Markus dipecah menjadi dua, yaitu Wilayah Markus dan Wilayah Petrus karena perkembangan jumlah umat dan pemekaran wilayah. Dengan demikian paroki Sukabumi saat ini memiliki 5 Wilayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar